Kamis, 03 Januari 2013

Menyentuh LangitMU di Puncak Mount Titlis...

Author: Ditdit Nugeraha Utama
@Zurich and Mount Titlis, Switzerland

Bismillah...
Kakiku tertapakkan kembali di belahan bumi bagian selatan Jerman lainnya; bukan karena ingin ku, bukan karena harap ku, bukan pula karena mimpi ku; namun ALLAH lah yang membawaku kembali berpisah ratusan kilometer dengan kota Göttingen; aku hanya ingin menjalankan, menikmati dan mensyukurinya semaksimal mungkin, dengan mengisi pundi-pundi syukurku atas semua kesempatan dan gunungan karunia ALLAH yang telah mendarat di kehidupanku ini. Tapak - kecil - kakiku sekarang mendarat mulus di negara yang bernama Switzerland (Indonesia: Swiss), tepatnya di kota Zurich; yang kemudian aku lanjutkan dengan menelusuri pegunungan Alpen, tepatnya di Mount Titlis, sebuah gunung berselimut salju abadi, yang merupakan gunung yang terletak pada bagian kecil dari jajaran pegunungan Alpen. Switzerland dan Zurich, merupakan negara dan kota yang - konon - memiliki kualitas hidup terbaik di dunia; udara yang bersih, perekonomian yang sehat, keteraturan dan kedisiplinan yang tinggi, keramahan penduduknya; semua menjadikan bibir ini terus berdecak kagum atas ALLAH yang menciptakannya. Lukisan alam disana, merupakan sebuah keindahan nyata yang berhasil tersuguhkan di bumi ini; ada dan terawat dengan sangat optimal; bukan ada lalu ternodai pada akhirnya. Jika kondisi negaraku seperti ini, sepertinya, penduduk Indonesia akan selalu berucap dan beraksi syukur kepada ALLAH; karena keindahan dan keteraturan itu memang seharusnya dihadirkan, diciptakan dan terjaga kelestariannya; walau pun itu telah tersajikan oleh alam sebelumnya; bukan lantas terampas, terhancurkan, dan terberanguskan; sebuah kondisi yang - tanpa sadar - membuat para penduduknya pun menjadi beringas, terbingungkan dan jauh dari aksi syukur nan nyata.

Switzerland merupakan sebuah negara dengan 4 bahasa sebagai bahasa resminya: Jerman, Perancis, Italia dan Romansh. Kota ini pun, sebagian orang menyebutnya dengan kota semua musim, karena kota ini asyik - dan tetap asyikin - dikunjungi kapan pun kita mendatanginya. Namun sayang, sesampainya aku di kota Zurich ini, di sore hari hingga menjelang malam, aku gagal - total - menemukan rumah makan halal. Aku mencoba untuk menyusuri kota dengan bantuan google-map serta menggunakan taxi, selain memang karena lokasi hotel tempat aku menginap jauh dari pusat kota, namun tetap, rumah makan dengan sajian makanan halal, tidak berhasil aku jumpai. Hmmm, laparnya perutku...

Salah Satu Pojok d Pusat Kota Zurich
Berbicara biaya hidup yang tinggi di sini, aku ingin ilustrasikan hal tersebut dengan penggunaan taxi, selama aku mencari makanan halal. Buka pintu pertama untuk taxi saja, argo yang tertera di argometer taxi sudah tertulis 8CHF (Franch Swiss), hampir setara dengan Rp. 80.000 (untuk kurs Rp. 10.000). Beberapa menit saja menggunakan taxi, argo terus merambat naik mencapai 80 sampai 90 CHF (hampir setara Rp. 900.000). Wow... Akhirnya aku putuskan untuk turun dari taxi, dan melanjutkan perjalanan malamku dengan berjalan kaki, dalam kondisi perut kelaparan. Kemudian, aku pun putuskan untuk mencari dan membeli buah-buahan, sebagai makanan malamku di malam itu. Apa pun itu, aku tetap harus bersyukur atas semua ini pada akhirnya. Terima kasih ya ALLAH, terima kasih atas semua nikmat ini...

Siap Mencoba Perlengkapan Sky
Keindahan Pemandangan dari Puncak Mount Titlis
Keesokkan harinya, aku bergabung dengan sebuah tour agent, untuk menuju Mount Titlis. Pemandu wisatanya, ketika pertama kali masuk bis - menuju Mount Titlis - menanyakan asal masing-masing negara kami, para wisatawan. Ternyata, wisatawan yang bersamaku dalam satu bis, merupakan wisatawan dari berbagai negara: Perancis, Jerman, Brazil, Portugal, Spanyol, dan tentunya Indonesia. Hebatnya, pemandu wisata ini - selama memandu kami - mampu menggunakan berbagai jenis bahasa tersebut, tentunya minus bahasa Indonesia; setelah aku tanyakan, pemandu wisata ini ternyata mampu berbahasa lebih dari 4 bahasa asing secara fasih, di luar bahasa resmi negara Swiss; sebuah kemampuan yang cukup luar biasa menurutku.

Hasil Jepretan di Kaki Mount Titlis

Di Atas Puncak Mount Titlis, di Ketinggian 10.000 Kaki
Mount Titlis, merupakan nama gunung pada jajaran pegunungan Alpen. Ketinggiannya mencapai 10.000 kaki, atau setara dengan lebih dari 3.000 meter. Alhamdulillah, aku dapat mencapai puncaknya dengan menggunakan cable car. Pemandangan dari puncak Mount Titlis sangat luar biasa. Perpaduan warna antara warna hijau pohon cemara, putih salju dan biru langit, menjadi sebuah paduan lukisannya alam milik ALLAH pada kanfas bumi nan luas. Dada ini kadang tersesakkan, teringat atas rasa syukur yang kadang terasa kurang dan tidak semestinya, dangkal dan seperti alakadarnya. Padahal, selain aku berhasil diterbangkanNYA ribuan kilometer dari Indonesia, aku pun juga - sekarang - hampir mampu dibuatNYA untuk "menyentuh langit" milik ALLAH. Subhanallah...

Hasil Jepretan dari Cable Car
Itulah sekelumit perjalanan dan napak tilas tapak kaki - lemah - ku di sisi dunia yang lain milik Zat Maha Pencipta. Selepas ini semua, aku harus kembali memaksimalkan jerih usahaku atas peran yang telah terpilihkan, sebagai guratan pena hidup dan berkehidupanku atas rasa syukur yang sangat menggunung ini. Terima kasih ya ALLAH; semakin nyata saja apa yang harus aku kerjakan, semakin jelas saja apa-apa yang harus aku perbaiki. Terima kasih ya ALLAH, syukurku atas semua karuniaMU, atas semua rasa indahMU; berikan ku kesempatan terbaik, untuk menjadi terbaik di antara terbaik. Terima kasih ya ALLAH, atas kesempatan untuk mencoba "menyentuh langitMU" dari puncak Mount Titlis, walau aku yakin aku tidak akan dapat melakukannya, namun itu semua telah mampu membuat ku merasa semakin kecil - hina dan tanpa arti - di hadapan KeagunganMU...

Alhamdulillah...