Rabu, 29 Januari 2014

Inilah Salju...

@ Göttingen, Germany

Bismillah...
Inilah salju, salju kedua yang bisa aku temui di winter keduaku di Göttingen ini. Tentulah tetap mempesona, karena fenomena salju merupakan fenomena langka buat ku; bahkan, semenjak Oktober, semenjak awal waktu memasuki musim winter, si putih ini baru sekaranglah menunjukkan geliat aktivitasnya. Inilah salju, yang membuat dingin menusuk sampai ke tulang rusuk, menggigit kulit ari dan mengeringkan lapis terluar bibir setiap orang yang ada disini. Inilah salju, yang memutihkan warna setiap sudut kota ini, mempertakjub pemandangan setiap orang yang memandangnya. Inilah salju, mencium aromanya, menjadikan rongga dada merasakan kesejukan tiada tara. Inilah salju, si putih nan lembut bagai sutra, si putih yang kadang membuat roda sepeda tergelicir di kala mencair, si putih yang kadang membuat tapak sepatu membunyikan suara renyah di atas injakannya pada salju yang mengering. Inilah salju, putihnya kadang menarikku sangat dalam ke pusaran terawangku, terawang lamunan atas segala hal seputar hakikat keberadaanku di bumi ini. 

Terselimuti Putihnya Salju

Mengugurkan Dedaunannya

Bergaya di Lorong Salju

Inilah salju, untuk mengunjunginya, sengaja aku telusuri taman kota berdanau yang telah membeku di samping apartemenku ini. Inilah salju, sengaja aku kunjungi, dalam rangka aku menjepretkan kameraku, walau hanya satu atau dua kali jepretan pada hamparan putih yang tidak pernah membosankan bola mata untuk menatapnya. Berfoto, difoto, atau sekedar mencoba meluncur di atas papan luncur dan melempar-lempar bola es di hamparan putih luas nan anggun; adalah berbagai aktivitasku di sore nan membeku ini. Beberapa foto berhasil aku bidik dan aku abadikan; sebagai rangkaian usaha menggoreskan cerita kecil mengenai si putih salju ini...

Hitam Putih Terowong Salju

Hitam Putih nan Kering Kerontang

Apartemenku dari Kejauhan

Inilah salju, tetes setiap bulir halusnya semakin aku tak lupa untuk berucap syukur kepadaNYA. Terima kasih ya ALLAH, terima kasih untuk kesekian kalinya; untuk berjuta indah yang ENGKAU hadirkan untukku. Terima kasih. Inilah salju...

Alhamdulillah...

Rabu, 01 Januari 2014

Sendiri, Tetapi Sangat Ku Syukuri

@Göttingen, Germany

Bismillah...
Sendiri, tetapi sangat ku syukuri; itulah waktu yang aku habiskan di malam dan pagi hari tahun baru ini. Tidak ada yang spesial, karena – memang – tahun baru masehi tidak pernah aku anggap spesial. Hanya pergantian hari biasa, tanpa ada makna – nyata – apa-apa di dalamnya. Berbeda dengan tahun baru Hijriah, karena ada sebuah makna besar terkandung di dalamnya. Makna convert dan makna change, menjadi ilham yang sangat  penting untuk kita ejawantahkan di berkehidupan kita; karena perubahan menuju kebenaran dan perbaikan, haruslah dijaga momentumnya di setiap saat pada hela dan hembus nafas kita. Peka hati, buka mata, buka telinga, analisis dan manfaatkan akal untuk mencerna dan memahami, lalu kemudian gerakkan seluruh anggota badan ini dengan sadar untuk berubah, sebagai bukti ketertundukan kita kepada ZAT pemilik jagat ini; merupakan implementasi makna hijrah yang diusung oleh Rasul pada belasan abad yang lampau, yang terkandung pada makna tahun baru hijriah.

Namun tahun baru masehi ini, tidaklah mencerminkan apa-apa selain pesta dan hura-hura. Pesta kembang api, musik hingar-bingar, tertawa terbahak-bahak sambil menenggak minuman haram, bersenda gurau hingga malam berganti serta subuh menjelang; adalah aktivitas yang lumrah dilakukan di malam pergantian tahun baru masehi ini. Padahal, di belahan bumi lain, intimidasi akidah yang sangat luar biasa sedang terjadi. Padahal, di belahan bumi lain, ada segelintir orang yang dibunuh sadis dengan cap teroris tanpa bisa membuktikan apa-apa. Padahal, di belahan bumi lain, masih banyak anak-anak yang perutnya buncit karena busung lapar. Padahal, di belahan bumi lain, sebagian orang bersimbah darah hanya untuk mempertahankan sepetak tanahnya atau harga diri bangsa dan syariah agamanya, yang dirampas oleh sebagian orang terlaknat. Padahal...

Ya ALLAH. Aku hanya bisa mengusap dada. Karena – kadang – lantang teriakku pun tanpa suara sudah; kadang – nyaring ucapku pun tak terdengar sudah; kadang – keberadaanku pun – seperti – tidak membawa manfaat apa-apa sudah. Aku hanya bisa mengelus dada, menghela nafas sangat dalam, serta tersungkur sujud di atas sajadah tafakur, untuk mengakui beribu khilaf, dosa dan alpa yang telah aku perbuat; dengan menatap ke depan, yang hakikinya masih ada ribuan bahkan jutaan aksi yang harus aku perbuat untuk sebanyak-banyaknya kebaikan manusia dan alam; sebagai bukti syukurku. Syukur, karena ALLAH telah menetapkanku seperti ini. Terima kasih ya ALLAH...

Sendiri, tetapi sangat ku syukuri; itulah waktu yang aku habiskan di malam dan pagi hari tahun baru ini.


Alhamdulillah...