Minggu, 21 Oktober 2012

Makan Yuk... Hmmm Yummy...

@Göttingen, Germany

Bismillah...
Lepas - sejenak - dari - ketatnya - pekerjaan dan studiku, membuat tubuh ini menjadi rilex, dan sedikit - agak - longgar urat syarafnya. Mungkin butuh sedikit cerita santai untuk - coba - aku tuangkan. Aku - pun - mencoba memberi judul tulisanku ini dengan - cukup - sederhana, yaitu "Makan Yuk... Hmmm Yummy..", agar terbaca lebih ceria, terdengar lebih santai dan terasa lebih lapaaarrr...

Sampai dengan berita - penting - ini berhasil diliput dan naik cetak, aku masih dalam kebingungan yang teramat - sangat, untuk memutuskan jenis makanan apa yang akan aku santap malam ini. Ada tiga jenis makanan yang harus aku pilih - sebagai teman makan malamku. Pertama, buah-buahan - baik pisang, apel atau tomat; makanan yang kadang aku gunakan untuk ganjel perut. Kedua, tidak kalah dahsyatnya - menurut orang yang sedang kelaperan - yaitu mie rebus; mie dengan merk dagang yang sangat terkenal di Indonesia itu, yang tidak pernah aku sentuh selama aku berada di Indonesia; tapi disini menjadi makanan - hampir - pokokku. Atau yang ketiga, sama menggiurkannya - masih - menurut orang yang sangat kelaparan, yaitu nasi plus daging - dimasak basah - sisa makan siang tadi; yang kalau dipanaskan, aroma bau kecapnya sangat mencuri perhatian hidungku. Hmmmm... Apa ya? Okelah, mungkin sambil aku menunggu ide turun dari langit - ketujuh, aku - ingin - mencoba - kembali - untuk mencurahkan cerita - sedikit konyol - lewat blogku ini.

Donner Box
Berbicara tentang makanan, yang aku alami disini, telah menjadi permasalahan yang sangat pelik yang - harus - aku hadapi, dan - tentunya - harus aku selesaikan. Bayangkan, tidak mau - membayangkan - juga tidak apa-apa, cuaca yang - kadang - ekstrim dingin, membuat perut ini - pun kadang - tidak bisa diajak kompromi. Melilit, berbunyi, meraung, menjerit, mungkin menangis; menjadi aktivitas - harian - perutku ini. Padahal, untuk mendapatkan makanan - yang halal atau sedikit dianggap halal - disini, bukanlah merupakan perkara - yang sangat - mudah. Selama aku - tinggal - disini, hanya ada dua rumah makan halal yang - berhasil - aku temui dan kunjungi; itu pun - untuk mencapainya - harus aku kayuh - sepeda kumbangku - hampir lebih dari 2,5 km perjalanan menuju centrum atau pusat kota; suatu hal yang - mungkin - tidak masuk akal, jika ingin segera mendapatkannya di kala perut melilit kelaparan. 

Kedua rumah makan tersebut, orang biasa menyebutnya - dengan - rumah makan Turki. Menunya - sih - sangat variatif; kebab, donner, kentang goreng atau pizza; namun - sayangnya, dan jangan pernah terlintas di kepalaku, jika aku tidak ingin tersiksa - menu disana bukanlah seperti nasi padang - apalagi nasi padang Ciputat Raya; bukan - pula - pecel lele; atau sop iga - dengan aroma kaldu daging dan merica yang - bisa jadi - mampu menggoyang - kekuatan - keimanan. Walaupun nampak menggiurkan, makanan tersebut berasa - sangat - datar; tidak seperti di Indonesia yang syarat bumbu, atau malah - mungkin - kelebihan penyedap, padahal - mungkin - gak enak-enak juga.

Donner box - sebuah menu berisi irisan daging panggang khas Turki plus goreng kentang - dan pizza - yang berasa sangat plain - menjadi dua menu favoritku - pada akhirnya. Harganya pun - maksud aku - cukup menguras isi kantong. Satu kotak donner box - kecil - berharga 2.5 euro, padahal kadang masih berasa kurang kalau aku membeli - hanya - satu box; sedangkan pizza - yang cukup untuk dua kali santap - berharga 6.5 euro. Tidak usah dikonversi ke mata uang rupiah, karena bisa jadi - malah - membuat perut ini semakin melilit. Biarkan saja dalam nilai mata uang euro, supaya nampak - terasa - murah.

Komunitas Islam Al-Iman
Atau - syukurnya - sekitar 1 km dari wohnung-ku, tempat tinggalku; ada satu toko klontong Turki - lagi - bernama toko Al-Iman. Di toko itu, dijual berbagai jenis - yang seluruhnya - makanan halal; baik makanan jadi maupun - bahan masakan - mentah. Daging sapi yang aku masak tadi siang - yang sekarang menjadi dilema salah satu jenis alternatif keputusanku, untuk aku santap atau tidak; daging ayam; berbagai jenis masakan mentah siap goreng, dan bermacam makanan kaleng beserta sayuran dan buah-buahan; adalah jenis makanan dan bahan masakan yang dijual di toko - berukuran 5 x 25 meter - tersebut. Bahkan, ada beberapa merk produk yang sangat familiar dengan telinga dan mata kita; seperti mie rebus dan mie goreng, serta beberapa jenis bumbu masakan; adalah jenis makanan atau bahan masakan asli - khas - Indonesia yang - juga - dijual di toko ini. Toko Al-Iman - menurut aku - sangat berguna, karena aku - sangat merasa - tidak ragu lagi untuk membeli berbagai bahan makanan jadi - atau mentah - di toko - yang penjaganya bisa berbagai jenis bahasa; seperti Arab, Turki, Inggris, dan tentunya Jerman - ini.

Pun, di samping toko ini ada masjid - yang menyerupai bangunan toko ukuran 10 x 20 meter - yang bernama - pun - Al-Iman; masjid - tanpa kubah - yang menjadi masjid langgananku untuk menunaikan ibadah solat Jum'atku. Kalau aku - coba - hitung, kurang lebih sekitar 100 s/d 150 orang - setiap Jum'atnya - hadir menunaikan solat Jum'at di tempat ini; dan cukup - untuk - membuat masjid Al-Iman - yang sangat sederhana ini - berdesakan. Mungkin fenomena tempat ibadah ini akan aku bahas - lebih detail lagi - di waktu-waktu yang akan datang, Insya ALLAH.

Cukup sudah celoteh sederhanaku hari ini. Mudah-mudahan - tetap - ada manfaatnya. Dan juga - pada akhirnya - aku sudah memutuskan jenis makanan apa yang akan aku santap malam ini; maklum perut ini ternyata semakin nyaring saja suaranya. Dari jenis makanan yang jadi - dilema - pilihanku tadi; buah-buahan, mie rebus, atau nasi plus daging masak basah; akhirnya aku memilih... Hmmmmm... Yaa yaa, aku - dengan sangat berat hati, pada akhirnya -  memilih mie rebuuuus, yang aku makan - bersama - nasi plus daging masak basah.. Oh iya, aku sampai lupa, buahnya pun sudah bersih aku makan, sembari aku mengetik cerita di blog ini. Tschüss...

Alhamdulillah....

Senin, 08 Oktober 2012

I Am-sterdam

Author: Ditdit Nugeraha Utama
Document was Supported by: it'sallaboutmindset management
@Amsterdam, Netherlands

Bismillah...
Bergaya di Salah Satu Pojok Kanal di Kota Amsterdam
(Source: it'sallaboutmindset management)

Hari-hariku - yang aku isi -  dengan beberapa jenis pekerjaan atas proyek penelitianku, cukup menguras pikiran dan tenaga; walau memang tidak sepadat yang aku bayangkan. Aktivitasku memungkinkan aku berlama-lama di depan laptopku; berbagi pengalaman, menulis, membuat makalah sampai meng-update blogku; adalah hal-hal yang tidak lepas dari keseharianku pada akhirnya. Namun, harus aku lewati semua dengan ikhlas, sabar, optimal dan tentunya bersungguh-sungguh. Karena ALLAH akan memberikan hal-hal yang memang tidak pernah kita duga-duga, ketika kita melakukan sesuatu kebenaran, yang dilakukan dengan cara bersungguh-sungguh. Tunjukkan saja bahwa kita memang manusia - biasa, manusia yang punya banyak lengah dan kelemahan, maka variabel kesungguhan itu mutlak kita gunakan; dan merupakan pembuktian bahwa kita tidak sombong. Berbeda dengan kalau kita melakukan sesuatu dengan sekedarnya, sekenanya dan tidak fokus; aku menganggap orang seperti itu merupakan contoh orang yang sombong, yang merasa dirinya hebat dan seperti dewa.

I amsterdam Salah Satu Tujuan Para Pelancong
(Source: it'sallaboutmindset management)
Penat? Ya manusiawi. Jenuh? Tentu saja. Akhirnya aku putuskan - di hari Jum'at ini - untuk menelusuri kota 'milik ALLAH' yang lainnya, yaitu kota Amsterdam, Belanda. Sebuah kota yang berjarak kurang lebih 600km dari kota Göttingen ini. Aku harus membeli tiket bus malam lewat internet dengan metode pembayaran menggunakan kartu kredit atau paypal. Aku memilih menggunakan bus dalam perjalananku, karena aku pikir aku tidak sedang memburu waktu; aku hanya ingin menikmati perjalanan, melihat alam sekitar, mencari beberapa referensi yang dibutuhkan, walau pun memang perjalanan di atas bus pun aku lalui di malam hari. Aku harus naik bus dari kota Hanover, jika aku cek dari e-map-ku, kota Hanover berjarak kurang lebih 135km dari Göttingen. Aku lalui perjalanan Göttingen - Hanover dalam waktu kurang lebih setengah jam perjalanan dengan menggunakan kereta ICE (Inter City Express).

Arsitektur Klasik Sebagai Ciri Khas Amsterdam
(Source: it'sallaboutmindset management)
Sampailah aku di Amsterdam - Ibukota (Konstitusi Negara) Belanda - yang berarti dam atau bendungan yang berada pada sungai Amstel. Amsterdam adalah sebuah kota yang 'sangat vulgar' menurutku. Semua serba terbuka dan bebas. Semua yang orang butuhkan, dapat dicukupi disini dengan sangat mudah, asal kocek di kantong cukup untuk melayaninya. Tidak salah ada sebagian orang yang menyatakan bahwa citra Amsterdam identik dengan sex - maaf - dan narkoba; bahkan Amsterdam masuk ke dalam salah satu kota di antara kota-kota di seluruh dunia yang orang sebut dengan sin city. Namun bukan hal itu yang ingin aku detailkan disini. Lagi-lagi - dan ini menjadi hal utama yang aku amati setiap kunjunganku di suatu negara atau kota - aku terkagum dengan tata kelola dan manajemen yang mumpuni dari si pengelola kota. Bangunan-bangunan - bergaya klasik, bernuansa museum dan pencahayaan yang indah pada malam hari - tertata dengan sangat apiknya, memiliki karakteristik khusus menggambarkan kota ini dengan sangat indah; dam dan aliran sungai - salah satu ciri khas Amsterdam pada khususnya dan Belanda pada umumnya - yang mengalir membelah kota, menjadi daya pikat tersendiri dari kota ini, berwisata keliling kota dengan perahu - canal boat - menjadi pilihan yang tidak mungkin diabaikan pada akhirnya; tram yang melintas - hilir mudik - mengiris kota, berjalan teratur tanpa takut menabrak orang yang memang telah terjaga tingkah laku atas disiplin berjalan dan berkendaranya; parkiran sepeda - yang merupakan moda transportasi utama penduduk Amsterdam - di berbagai lokasi - baik di pinggir jalan atau di stasiun - yang tertata dengan sangat teratur, menjadi pemandangan khas tersendiri dari kota ini. Membidik dengan kamera Digital LSR-ku, menjadi aktivitas yang tidak mungkin luput dari hariku di Amsterdam ini.

Samar-samar, aku mendengar orang-orang - di Amsterdam ini - berbicara dalam berbagai macam bahasa yang beraneka ragam; Mandarin, Inggris, Hindi, Arab, Perancis, Belanda, Jerman, merupakan jenis bahasa yang samar-samar terdengar oleh telinga ini; wow bahasa Indonesia - ternyata banyak juga ya yang menggunakan bahasa Indonesia ini, baik orang Indonesia-nya sendiri atau orang asing. Berbagai jenis bahasa yang digunakan, menunjukkan kota ini merupakan salah satu kota tujuan wisata orang-orang dari berbagai pelosok dunia. Konon kota Amsterdam ini merupakan kota yang dikunjungi oleh pendatang, yang terdiri lebih dari 100 jenis suku dan kebangsaan (nationality).

Itulah sekilas ukiran pena sederhana nan fakirku, atas cerita tentang kunjungan singkatku ke kota Amsterdam. Aku hanya berusaha bercerita mengenai kota ini dari sudut lihatku saja, tanpa mampu menggambarkan detail setiap momen dan ekspresi kota ini, karena waktu pun - memang - sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Selepas aku singgah di Stadion Amsterdam Arena - markas klub sepak bola Ajax Amsterdam - aku pun larut kembali di dalam perjalanan malamku menuju Göttingen... Yes, I amsterdam... Terima kasihku ya ALLAH...

Alhamdulillah...