Selasa, 25 Desember 2012

Au Revoir Paris...

@Paris, France

Bismillah...
Bonjour... Comment allez-vous?... Merci beaucoup... Ca va?... Je t'aime... Aku mencoba mengingat kembali beberapa kata ekspresi komunikasi di dalam bahasa Perancis yang pernah aku pelajari; karena di akhir minggu ini, di awal winter holiday, aku ingin mencoba menyisir belahan kota yang lain di dunia milik ALLAH, Paris - France. Sisiranku menuju kota romansa itu, berhasil aku lalui selama 5 jam perjalanan dengan menggunakan ICE. ICE telah membawaku ratusan kilo meter menjauh dari kota Göttingen menuju Paris (kurang lebih 750 km). Lelah dan cape tidak terasa sama sekali, penat apalagi sakit kepala tentu tidak aku alami, karena rasa syukur kepada ALLAH telah mampu memenuhi rongga dada ini, karena aku akan dibawaNYA menuju sebuah kota yang - kata orang - merupakan sebuah kota yang eksotis, romantis dan penuh makna kandungan seni. Tidak terlelap sekejap mata pun selama perjalananku di kereta ICE, itu yang aku alami pada akhirnya. Walau - hanya - 3 hari 2 malam saja di Paris, sudah cukup membuat aku untuk terus memperlama sujud syukurku, memperbaiki tadaburku, mendalami arti fungsi diriku, menapaki pencarian ilmuku; untuk aku genggam, untuk aku yakini, untuk aku bagikan, dan - tentunya - untuk aku manfaatkan seluas-luasnya pada jalan lurusNYA.
Di Salah Satu Pojok Musee Du Louvre
Di Salah Satu Pusat Perbelanjaan @Printemps
Paris (Latin: Lutetia Parisiorum) menjadi sebuah kota yang banyak dibicarakan para pelancong di seluruh dunia, karena keromantisan dan keeksotisan kotanya; Paris menjadi kota tujuan pariwisata, karena terbukti bahwa ada lebih dari 30 juta pengunjung asing setiap tahunnya menyambangi kota Monalisa ini; Paris menjadi tempat yang tepat untuk membidik beberapa gambar dengan menggunakan DSLRku pada akhirnya, karena Paris adalah seni selain cita rasa seni itu sendiri... Menara Eiffel, sebuah menara yang tersusun lebih dari 18 ribu rangkaian besi besar dan kecil dan memiliki tinggi  312 meter ini, sebuah menara 'yang berdiri sombong' yang membuat kota Paris nampak megah dan memiliki wibawa namun tetap bercitarasa seni yang tinggi; Arch de Triomphe, sebuah bangunan berupa gapura besar dan kokoh yang menjadi simbol kemenangan Perancis; Musee Du Louvre, sebuah museum dimana la joconde (lukisan Monalisa) dipamerkan; Palais Garnier atau Gedung Opera, sebuah gedung yang sangat klasik dan megah tempat pertunjukkan seni dan opera; serta telusur sungai Seine (Latin: Sequanus), sebuah sungai cantik dan berair tenang yang membelah kota Paris; adalah merupakan beberapa tempat pariwisata di kota Paris yang berhasil aku jelajahi pada akhirnya. Keindahan dan keharuman rasa seni sangat terasa, selama aku menyusuri kota ini. Bangunan dengan tinggi hampir sama, bergaya seni klasik, menjadi pemandangan yang sangat menakjubkanku.
Palais Garnier
Membidik dan Membidik...
Satu hal lagi, yang tidak pernah aku lupakan di setiap kunjunganku di salah satu kota di belahan dunia; yaitu makanan halal. Restoran halal di Paris 'cukup banyak' (sebuah istilah yang aku gunakan untuk menggambarkan makna 'lebih dari jarang') dengan nuansa dan cita rasa Turki atau India. Beberapa kali - selama aku di Paris - aku mencoba untuk menikmatinya, dengan variasi menu alakadar dan apa adanya. Aku - sekali-kali - tidak pernah berharap lidahku akan merasakan rasa dan cita selera masakan / makanan Indonesia di setiap suap santap makanku; karena itu semua - hanyalah - akan membuatku tidak mampu menikmati makanan yang tersaji. Makan, nikmati dan syukuri saja, karena aku - tetap - masih beruntung, masih dapat menyantap makanan yang halal dan toyib, di hingar dan bingar gemerlap kota yang bernama Paris ini.
Membidik dan Dibidik
Santai di Salah Satu Stasiun Metro
Paris Dibidik dari Atas Printemps
Paris Dibidik dari Lantai Dua Menara Eiffel
Setelah 3 hari 2 malam aku menapakkan kakiku di Paris ini, ada keenggananku untuk kembali ke Göttingen; ingin rasanya aku berlama-lama di kota ini untuk menghabiskan waktu winter holidayku. Namun, apa pun itu, seperti apa pun keinginan itu, aku harus - tetap - kembali ke Göttingen; untuk merangkai cerita hidup dan berkehidupanku yang lain; untuk tetap belajar dan mencari untuk menjadi terbaik dan bermanfaat bagi sesama dan dunia. Aku hanya ingin melakukan semua hal dengan terbaik dan seoptimal mungkin yang harus aku kerjakan, sebagai bukti rasa syukurku atasNYA; tanpa menginginkan apa-apa, tanpa berharap apa-apa; biarkan saja keingan dan harapanku, aku serahkan kepada ALLAH Azza wa Jalla... Biarkan keinginan dan harapanku mengalir, seperti mengalirnya air jernih pada sungai Seine... Au revoir Paris!...

Alhamdulillah...

Minggu, 09 Desember 2012

Selamat Datang Salju...

Author: Ditdit Nugeraha Utama
@Göttingen, Germany

Bismillah...
Ku berdiri dari tempat dudukku, yang telah kududuki hampir lebih dari enam jam ini; ku gerakkan seluruh badanku, agar pegal dan lelah yang sangat aku rasakan hilang; ku tengokkan mukaku ke arah jendela, jendela yang sengaja aku buka tirai penutupnya; ku langkahkan kakiku ke arah jendela itu, perlahan namun pasti, sambil ku pandangkan mataku jauh ke depan, lurus ke arah luar kamarku, terhunus dan terbelalak. Mataku masih menerawang - namun terhujam - dan memandang jauh ke arah luar kamarku, jauh sampai batas pandang mataku terantuk tembok rumah. Satu, dua, sepuluh, seratus, seribu, sejuta, semilyar; bulir-bulir putih itu mulai berjatuhan, bulir-bulir putih itu mulai menyelimuti tanah, tumbuhan dan bebatuan; bulir-bulir putih itu mulai mendinginkan bumi; dingin yang membekukan, dingin yang menusuk tulang-belulang pada tubuh, dingin yang menyadarkanku bahwa musim dingin telah datang. Ya ALLAH, musim dingin itu telah di hadapanku sekarang...
Wah Kameraku Kedinginan Nih...
Masih dalam terawang kosongku pada jejatuhan bulir-bulir putih itu... Aku termenung... Tak terasa waktu berlalu begitu sombongnya; sombong, karena waktu tidak akan pernah kembali lagi, walau sekuat daya aku memintanya; sombong, karena waktu akan tetap berjalan, bahkan berlari meninggalkanku, walau sekuat tenaga aku menahannya. Tak terasa waktu begitu cepat berlalu; cepat, karena aku masih merasakan jelas masa-masa kecil nan indahku itu; cepat, karena masih terpatri nyata ukiran nasihat orang tua dan orang-orang lurus di kepalaku; cepat, karena masih hangat puluhan - bahkan ratusan - caci maki hujatan orang-orang yang ku coba untuk aku ingatkan di telingaku; cepat, karena aku masih ingat betul hal-hal nyata yang telah aku perbuat, hal-hal yang mungkin tiada arti di hadapanNYA. Ya ALLAH, akan ENGKAU bawa kemana aku ini? Aku hanya berusaha melakukan sebaik mungkin, semua hal yang harus aku kerjakan; aku hanya berusaha seoptimal mungkin menjalankan peran yang telah ENGKAU pilihkan; tapi... Akan ENGKAU bawa kemana aku ini? Sebuah pertanyaan yang tidak mungkin aku jawab; hanya syukur yang harus tetap aku jaga pada relung raga ini, hanya ikhlas yang harus tetap aku peluk pada ruang dada ini, hanya tawakal yang harus tetap aku genggam pada kedua tangan ini, hanya usaha maksimal yang harus tetap aku tegakkan pada alam luasMU ini; hanya... Ya, hanya itu ya ALLAH, yang dapat aku sembah baktikan kepada MU, hanya itu saja...
Menapaki Jalan Salju Setapak
Hmmm... Yummy...
Berlalunya masa, seharusnya mendekatkan manusia pada kebenaran hidup; bergantinya waktu, seharusnya membawa insan pada kesempurnaan berkehidupan; bergeraknya ke kedewasaan, seharusnya membuat keangkuhan dan arogansi diri lenyap; keangkuhan dan arogansi atas ketidakpatutan pada hukum ALLAH; keangkuhan dan arogansi atas kebodohan pada pilihan jalan hidup; keangkuhan dan arogansi atas kesombongan akan pemaksaan isi kepala yang kosong; keangkuhan dan arogansi atas ketidakikhlasan akan semua putusanNYA; keangkuhan dan arogansi atas ketidakmanutan akan semua tetapan dan takaranNYA. Seharusnya, keangkuhan dan arogansi itu lenyap, lenyap tak berjejak; seperti lenyapnya malam oleh siang, gelap oleh terang, hitam oleh putih, panas oleh dingin; ya panas oleh dingin... Seperti lenyapnya panas oleh dingin...
Wuiihh... Dinginnyaa...
Sayang... Terbalik...
Selamat datang salju, kau telah melenyapkan panas oleh dinginmu; seperti akan lenyapnya keangkuhan dan arogansi oleh keikhlasan dan kerendahhatian...

Alhamdulillah...

Senin, 19 November 2012

Salzburg, Si Kota Tua

Author: Ditdit Nugeraha Utama
@Salzburg, Austria

Bismillah...

Salah Satu Pojok Kota Salzburg
Di akhir minggu ini, di sela dua hari liburku ini, aku mencoba untuk menyambangi sebuah kota klasik - beraroma tua - di sebelah utara Austria; sebuah kota, dimana sebagian orang menyebutnya dengan 'Old Town', atau 'Altstadt' dalam bahasa Jermannya; sebuah kota tempat kelahiran musikus dan komposer terkenal di abad 18, Wolfgang Amadeus Mozart; sebuah kota yang benama Salzburg, Austria. Salzburg merupakan sebuah kota kecil, yang merupakan Ibukota dari State of Salzburg (Land Salzburg). Salzburg berhasil aku capai dalam waktu kurang lebih 6 jam perjalanan dengan menggunakan kereta ICE dari Göttingen, dengan transit sekitar 45 menit di kota München. ICE mampu membelah dan mengiris Jerman dari Göttingen ke Salzburg dengan kecepatan bisa mencapai 300km per jamnya, bahkan lebih. Sangat cepat dan tanpa hambatan.

Salah Satu Pemandangan di Sepanjang Perjalanan
Perjalanan menuju Salzburg; tidaklah berhasil membuat mataku terlelap, walaupun hanya sekejap. Pemandangan di sekitar dan pinggir sepanjang jalan kereta yang membawaku menjelajah bumi Eropa, terus menunjukkan keindahannya sepanjang mata memandang. Pepohonan yang rindang, dan sedikit menguning, yang akhirnya gugur karena datangnya musim dingin; pegunungan yang sangat lembut, yang sedikit malu-malu menampakkan kegagahannya, karena tertutup kabut udara dua derajat celcius di bawah nol; hamparan sabana yang hijau menggoda, menyelimuti tanah gembur nan subur berpori; beberapa kelompok rumah penduduk, yang menunjukkan bahwa daerah tersebut berpenghuni dan ada kehidupan; merupakan penggalan dari film pemandangan nyata milik ALLAH yang mengiringi perjalananku menggapai si kota tua ini. Sesekali, digital LSR-ku berbunyi - kleck - berarti satu dua tiga photo - lukisan pemandangan indah tersebut - berhasil aku bidik dan aku abadikan.

Bangunan Bergaya Barok
Bahwa Salzburg adalah kota tua, memang benar adanya; kota kecil ini memiliki beberapa jejer gedung-gedung berbentuk tradisional klasik abad pertengahan, bergaya arsitektur barok; bahkan rumah tempat kelahiran Mozart di abad 18, sampai hari ini tetaplah terjaga keaslian bentuk arsitekturnya. Bahwa Salzburg adalah kota yang indah, memang benar adanya; kota ini dirimbuni oleh taman-taman kota yang hijau serta bunga beraneka ragam warna; dikelilingi beberapa gunung landai - berada di sebelah utara pegunungan Alpen - dan dibelah menjadi dua bagian oleh sungai yang berair jernih bernama sungai Salzach. Bahwa Salzburg adalah kota yang tertata rapi, memang benar adanya; kota ini tertata dengan sangat teratur dan sangat terjaga kebersihannya, serta dianggap sebagai salah satu situs kebudayaan - kuno - milik dunia. Bahwa Salzburg adalah fenomenal, memang benar adanya; karena Salzburg adalah Salzburg.

Salzburg yang Mula Berguguran

Makan Malam di Taj Mahal Restaurant

Di kota ini pun tersaji beberapa rumah makan halal, baik beraroma India atau pun Melayu. Aku, setelah berhasil mengobrak-abrik setiap sudut ruang kota ini; setelah menembus dingin dan pekatnya malam kota yang sangat sepi ini; akhirnya - alhamdulillah - berhasil menemukan sebuah rumah makan halal, bernama rumah makan Taj Mahal. Rumah makan berkarakter India ini, mampu mensuapi kekeroncongan usus besarku - yang selama sehari ini hanya diisi oleh hidangan ringan dan buah pisang ambon - dengan makanan berasa rempah yang sangat kental. Namun, apa pun itu, akhirnya aku tutup malam minggu di Salzburg ini dengan ucapan syukur tiada henti kepada Zat Pemilik alam semesta, ALLAH Azza wa Jalla.

Museum Mozart
Gembok Cinta
Begitulah Salzburg, sebuah lukisan alam karya Zat Yang Maha Agung, sempurna dan tanpa cela. Kehancuran alam, hanyalah akibat dari ulah manusianya sendiri, dan harus kita akui itu; bahkan ada 'sekelompok orang' yang telah diberikan - secara cuma-cuma - alam nan subur dan hijau, tapi akhirnya menjadi gundul dan gersang karena kebodohan dan kedunguan orang-orangnya. Semoga 'sekelompok orang' tersebut bukanlah terjadi di Indonesia; kalaupun itu terjadi di Indonesia, aku masih berharap, semua itu bukanlah terjadi di Indonesia....

Alhamdulillah...

Minggu, 21 Oktober 2012

Makan Yuk... Hmmm Yummy...

@Göttingen, Germany

Bismillah...
Lepas - sejenak - dari - ketatnya - pekerjaan dan studiku, membuat tubuh ini menjadi rilex, dan sedikit - agak - longgar urat syarafnya. Mungkin butuh sedikit cerita santai untuk - coba - aku tuangkan. Aku - pun - mencoba memberi judul tulisanku ini dengan - cukup - sederhana, yaitu "Makan Yuk... Hmmm Yummy..", agar terbaca lebih ceria, terdengar lebih santai dan terasa lebih lapaaarrr...

Sampai dengan berita - penting - ini berhasil diliput dan naik cetak, aku masih dalam kebingungan yang teramat - sangat, untuk memutuskan jenis makanan apa yang akan aku santap malam ini. Ada tiga jenis makanan yang harus aku pilih - sebagai teman makan malamku. Pertama, buah-buahan - baik pisang, apel atau tomat; makanan yang kadang aku gunakan untuk ganjel perut. Kedua, tidak kalah dahsyatnya - menurut orang yang sedang kelaperan - yaitu mie rebus; mie dengan merk dagang yang sangat terkenal di Indonesia itu, yang tidak pernah aku sentuh selama aku berada di Indonesia; tapi disini menjadi makanan - hampir - pokokku. Atau yang ketiga, sama menggiurkannya - masih - menurut orang yang sangat kelaparan, yaitu nasi plus daging - dimasak basah - sisa makan siang tadi; yang kalau dipanaskan, aroma bau kecapnya sangat mencuri perhatian hidungku. Hmmmm... Apa ya? Okelah, mungkin sambil aku menunggu ide turun dari langit - ketujuh, aku - ingin - mencoba - kembali - untuk mencurahkan cerita - sedikit konyol - lewat blogku ini.

Donner Box
Berbicara tentang makanan, yang aku alami disini, telah menjadi permasalahan yang sangat pelik yang - harus - aku hadapi, dan - tentunya - harus aku selesaikan. Bayangkan, tidak mau - membayangkan - juga tidak apa-apa, cuaca yang - kadang - ekstrim dingin, membuat perut ini - pun kadang - tidak bisa diajak kompromi. Melilit, berbunyi, meraung, menjerit, mungkin menangis; menjadi aktivitas - harian - perutku ini. Padahal, untuk mendapatkan makanan - yang halal atau sedikit dianggap halal - disini, bukanlah merupakan perkara - yang sangat - mudah. Selama aku - tinggal - disini, hanya ada dua rumah makan halal yang - berhasil - aku temui dan kunjungi; itu pun - untuk mencapainya - harus aku kayuh - sepeda kumbangku - hampir lebih dari 2,5 km perjalanan menuju centrum atau pusat kota; suatu hal yang - mungkin - tidak masuk akal, jika ingin segera mendapatkannya di kala perut melilit kelaparan. 

Kedua rumah makan tersebut, orang biasa menyebutnya - dengan - rumah makan Turki. Menunya - sih - sangat variatif; kebab, donner, kentang goreng atau pizza; namun - sayangnya, dan jangan pernah terlintas di kepalaku, jika aku tidak ingin tersiksa - menu disana bukanlah seperti nasi padang - apalagi nasi padang Ciputat Raya; bukan - pula - pecel lele; atau sop iga - dengan aroma kaldu daging dan merica yang - bisa jadi - mampu menggoyang - kekuatan - keimanan. Walaupun nampak menggiurkan, makanan tersebut berasa - sangat - datar; tidak seperti di Indonesia yang syarat bumbu, atau malah - mungkin - kelebihan penyedap, padahal - mungkin - gak enak-enak juga.

Donner box - sebuah menu berisi irisan daging panggang khas Turki plus goreng kentang - dan pizza - yang berasa sangat plain - menjadi dua menu favoritku - pada akhirnya. Harganya pun - maksud aku - cukup menguras isi kantong. Satu kotak donner box - kecil - berharga 2.5 euro, padahal kadang masih berasa kurang kalau aku membeli - hanya - satu box; sedangkan pizza - yang cukup untuk dua kali santap - berharga 6.5 euro. Tidak usah dikonversi ke mata uang rupiah, karena bisa jadi - malah - membuat perut ini semakin melilit. Biarkan saja dalam nilai mata uang euro, supaya nampak - terasa - murah.

Komunitas Islam Al-Iman
Atau - syukurnya - sekitar 1 km dari wohnung-ku, tempat tinggalku; ada satu toko klontong Turki - lagi - bernama toko Al-Iman. Di toko itu, dijual berbagai jenis - yang seluruhnya - makanan halal; baik makanan jadi maupun - bahan masakan - mentah. Daging sapi yang aku masak tadi siang - yang sekarang menjadi dilema salah satu jenis alternatif keputusanku, untuk aku santap atau tidak; daging ayam; berbagai jenis masakan mentah siap goreng, dan bermacam makanan kaleng beserta sayuran dan buah-buahan; adalah jenis makanan dan bahan masakan yang dijual di toko - berukuran 5 x 25 meter - tersebut. Bahkan, ada beberapa merk produk yang sangat familiar dengan telinga dan mata kita; seperti mie rebus dan mie goreng, serta beberapa jenis bumbu masakan; adalah jenis makanan atau bahan masakan asli - khas - Indonesia yang - juga - dijual di toko ini. Toko Al-Iman - menurut aku - sangat berguna, karena aku - sangat merasa - tidak ragu lagi untuk membeli berbagai bahan makanan jadi - atau mentah - di toko - yang penjaganya bisa berbagai jenis bahasa; seperti Arab, Turki, Inggris, dan tentunya Jerman - ini.

Pun, di samping toko ini ada masjid - yang menyerupai bangunan toko ukuran 10 x 20 meter - yang bernama - pun - Al-Iman; masjid - tanpa kubah - yang menjadi masjid langgananku untuk menunaikan ibadah solat Jum'atku. Kalau aku - coba - hitung, kurang lebih sekitar 100 s/d 150 orang - setiap Jum'atnya - hadir menunaikan solat Jum'at di tempat ini; dan cukup - untuk - membuat masjid Al-Iman - yang sangat sederhana ini - berdesakan. Mungkin fenomena tempat ibadah ini akan aku bahas - lebih detail lagi - di waktu-waktu yang akan datang, Insya ALLAH.

Cukup sudah celoteh sederhanaku hari ini. Mudah-mudahan - tetap - ada manfaatnya. Dan juga - pada akhirnya - aku sudah memutuskan jenis makanan apa yang akan aku santap malam ini; maklum perut ini ternyata semakin nyaring saja suaranya. Dari jenis makanan yang jadi - dilema - pilihanku tadi; buah-buahan, mie rebus, atau nasi plus daging masak basah; akhirnya aku memilih... Hmmmmm... Yaa yaa, aku - dengan sangat berat hati, pada akhirnya -  memilih mie rebuuuus, yang aku makan - bersama - nasi plus daging masak basah.. Oh iya, aku sampai lupa, buahnya pun sudah bersih aku makan, sembari aku mengetik cerita di blog ini. Tschüss...

Alhamdulillah....

Senin, 08 Oktober 2012

I Am-sterdam

Author: Ditdit Nugeraha Utama
Document was Supported by: it'sallaboutmindset management
@Amsterdam, Netherlands

Bismillah...
Bergaya di Salah Satu Pojok Kanal di Kota Amsterdam
(Source: it'sallaboutmindset management)

Hari-hariku - yang aku isi -  dengan beberapa jenis pekerjaan atas proyek penelitianku, cukup menguras pikiran dan tenaga; walau memang tidak sepadat yang aku bayangkan. Aktivitasku memungkinkan aku berlama-lama di depan laptopku; berbagi pengalaman, menulis, membuat makalah sampai meng-update blogku; adalah hal-hal yang tidak lepas dari keseharianku pada akhirnya. Namun, harus aku lewati semua dengan ikhlas, sabar, optimal dan tentunya bersungguh-sungguh. Karena ALLAH akan memberikan hal-hal yang memang tidak pernah kita duga-duga, ketika kita melakukan sesuatu kebenaran, yang dilakukan dengan cara bersungguh-sungguh. Tunjukkan saja bahwa kita memang manusia - biasa, manusia yang punya banyak lengah dan kelemahan, maka variabel kesungguhan itu mutlak kita gunakan; dan merupakan pembuktian bahwa kita tidak sombong. Berbeda dengan kalau kita melakukan sesuatu dengan sekedarnya, sekenanya dan tidak fokus; aku menganggap orang seperti itu merupakan contoh orang yang sombong, yang merasa dirinya hebat dan seperti dewa.

I amsterdam Salah Satu Tujuan Para Pelancong
(Source: it'sallaboutmindset management)
Penat? Ya manusiawi. Jenuh? Tentu saja. Akhirnya aku putuskan - di hari Jum'at ini - untuk menelusuri kota 'milik ALLAH' yang lainnya, yaitu kota Amsterdam, Belanda. Sebuah kota yang berjarak kurang lebih 600km dari kota Göttingen ini. Aku harus membeli tiket bus malam lewat internet dengan metode pembayaran menggunakan kartu kredit atau paypal. Aku memilih menggunakan bus dalam perjalananku, karena aku pikir aku tidak sedang memburu waktu; aku hanya ingin menikmati perjalanan, melihat alam sekitar, mencari beberapa referensi yang dibutuhkan, walau pun memang perjalanan di atas bus pun aku lalui di malam hari. Aku harus naik bus dari kota Hanover, jika aku cek dari e-map-ku, kota Hanover berjarak kurang lebih 135km dari Göttingen. Aku lalui perjalanan Göttingen - Hanover dalam waktu kurang lebih setengah jam perjalanan dengan menggunakan kereta ICE (Inter City Express).

Arsitektur Klasik Sebagai Ciri Khas Amsterdam
(Source: it'sallaboutmindset management)
Sampailah aku di Amsterdam - Ibukota (Konstitusi Negara) Belanda - yang berarti dam atau bendungan yang berada pada sungai Amstel. Amsterdam adalah sebuah kota yang 'sangat vulgar' menurutku. Semua serba terbuka dan bebas. Semua yang orang butuhkan, dapat dicukupi disini dengan sangat mudah, asal kocek di kantong cukup untuk melayaninya. Tidak salah ada sebagian orang yang menyatakan bahwa citra Amsterdam identik dengan sex - maaf - dan narkoba; bahkan Amsterdam masuk ke dalam salah satu kota di antara kota-kota di seluruh dunia yang orang sebut dengan sin city. Namun bukan hal itu yang ingin aku detailkan disini. Lagi-lagi - dan ini menjadi hal utama yang aku amati setiap kunjunganku di suatu negara atau kota - aku terkagum dengan tata kelola dan manajemen yang mumpuni dari si pengelola kota. Bangunan-bangunan - bergaya klasik, bernuansa museum dan pencahayaan yang indah pada malam hari - tertata dengan sangat apiknya, memiliki karakteristik khusus menggambarkan kota ini dengan sangat indah; dam dan aliran sungai - salah satu ciri khas Amsterdam pada khususnya dan Belanda pada umumnya - yang mengalir membelah kota, menjadi daya pikat tersendiri dari kota ini, berwisata keliling kota dengan perahu - canal boat - menjadi pilihan yang tidak mungkin diabaikan pada akhirnya; tram yang melintas - hilir mudik - mengiris kota, berjalan teratur tanpa takut menabrak orang yang memang telah terjaga tingkah laku atas disiplin berjalan dan berkendaranya; parkiran sepeda - yang merupakan moda transportasi utama penduduk Amsterdam - di berbagai lokasi - baik di pinggir jalan atau di stasiun - yang tertata dengan sangat teratur, menjadi pemandangan khas tersendiri dari kota ini. Membidik dengan kamera Digital LSR-ku, menjadi aktivitas yang tidak mungkin luput dari hariku di Amsterdam ini.

Samar-samar, aku mendengar orang-orang - di Amsterdam ini - berbicara dalam berbagai macam bahasa yang beraneka ragam; Mandarin, Inggris, Hindi, Arab, Perancis, Belanda, Jerman, merupakan jenis bahasa yang samar-samar terdengar oleh telinga ini; wow bahasa Indonesia - ternyata banyak juga ya yang menggunakan bahasa Indonesia ini, baik orang Indonesia-nya sendiri atau orang asing. Berbagai jenis bahasa yang digunakan, menunjukkan kota ini merupakan salah satu kota tujuan wisata orang-orang dari berbagai pelosok dunia. Konon kota Amsterdam ini merupakan kota yang dikunjungi oleh pendatang, yang terdiri lebih dari 100 jenis suku dan kebangsaan (nationality).

Itulah sekilas ukiran pena sederhana nan fakirku, atas cerita tentang kunjungan singkatku ke kota Amsterdam. Aku hanya berusaha bercerita mengenai kota ini dari sudut lihatku saja, tanpa mampu menggambarkan detail setiap momen dan ekspresi kota ini, karena waktu pun - memang - sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Selepas aku singgah di Stadion Amsterdam Arena - markas klub sepak bola Ajax Amsterdam - aku pun larut kembali di dalam perjalanan malamku menuju Göttingen... Yes, I amsterdam... Terima kasihku ya ALLAH...

Alhamdulillah...

Senin, 24 September 2012

Göttingen, dari Sudut Pandangku

Author: Ditdit Nugeraha Utama
Document was Supported by: it'sallaboutmindset management
@Göttingen, Germany

Bismillah...
Salah Satu Perempatan di Pusat Kota Göttingen
(source: it'sallaboutmindset management) 
Beberapa minggu dan hari-hari terakhir ini, aku tinggal di kota pelajar Göttingen; kota yang tampak resik; kota yang jauh dari keramaian dan hingar bingar suara tak karuan. Berada di kota ini, aku merasakan seperti hari raya Idul Fitri - di beberapa kompleks perumahan Jakarta - saja tiap harinya, sepi. Bahkan, kalau aku berjalan - menelusuri trotoar - sehabis pulang dari kampus atau sekedar hanging out, suara daun atau ranting kering yang terinjak langkah kakiku; suara putaran roda atau rantai sepeda yang orang-orang kayuh; suara geretan koper yang ditarik orang untuk pindah tempat tinggal atau pergi ke waschsalon (tampat cuci); atau samar-samar suara senda dan gurau serta tertawaan anak kecil yang keluar dari salah satu wohnung (rumah); sangat terdengar jelas di telinga ini; saking sunyi dan senyapnya kota ini. Bahkan - pula, jika di hari Sabtu atau Minggu, dimana sebagian pertokoan tutup - kecuali beberapa resto, kota ini jelas sekali seperti kota mati tanpa kehidupan; diam tanpa denyut nadi; hanya hilir mudiknya orang-orang bersepeda, dan lalu lalangnya orang yang berjalan kaki serta konsentrasinya sebagian orang yang sedang asyik masyuk membaca buku di taman-taman kota saja, yang dapat menunjukkan bahwa kota ini berpenghuni, bahwa kota ini adalah hidup dan berdenyut nadi.

Kembali aku bersyukur - teramat dalam - kepada ALLAH, atas didamparkannya aku di city of education ini; kembali aku berucap Alhamdulillah - segala puji bagi ALLAH - tanpa henti, karena ALLAH memberikan kesempatan (lagi dan lagi) kepadaku, untuk dapat mentadaburi sebagian belahan sisi bumiNYA yang lain; kuyakin ini semua ada di dalam genggaman suci rencanaNYA. Terima kasihku ya ALLAH, terima kasih - tanpa hitung - kupanjatkan padaMU ya Rabb...

Mungkin masih banyak kota lain seperti ini yang telah dijumpai dan dikunjungi, namun pada guratan pena kali ini, aku ingin sekali berbagi sedikit penggalan cerita fakir tentang kota yang bernama Göttingen ini. Mungkin juga sudah banyak orang yang telah bercerita lengkap tentang Göttingen, tapi kali ini, inilah sebuah kilas kata mengenai Göttingen dari sudut pandangku, from my point of view.

Salah Satu Jalan Utama Menuju Göttingen University
 (source: it'sallaboutmindset management)

Mengapa ALLAH menisbatkan kita untuk menjadi khalifah di muka bumi (Q.S. A-Baqarah: 30)? Seorang Khalifah, yang bukan hanya bagi diri sendiri atau bagi keluarga saja; namun khalifah bagi semua insan dan kehidupan di muka bumi ini. Mengapa ALLAH mengajak dan memerintahkan kita untuk menjadi terbaik bagi alam? Padahal ALLAH maha kuasa atas segala. Pada semua pemberian ALLAH yang sangat luar biasa ini; pada semua curahan ALLAH dalam bentuk rahmat beserta rejeki tanpa henti - yang berbentuk tanah, air dan udara beserta segala jenis isi yang terkandung di dalamnya - ini; pada tetasan embun, sinar matahari, aliran air dan hembusan angin ini; secara alamiah akan menuju ketidakseimbangan - karena ulah manusia itu sendiri; secara natural akan menuju pada kehancuran dan ke arah kenegatifan nilai - karena kebodohan penanggung jawab bumi itu sendiri. Oleh karena itu, mengapa ALLAH memberikan peran - dalam bentuk perintah dan titah - kepada manusia untuk terlibat langsung di dalam pengurusan semuanya, sebagai bentuk pengabdian, sesembahan dan ibadah kepada Zat Yang Maha Kuasa atas segala (Q.S. Adz-Dzariyat: 56).

Tidak mungkin kota ini menjadi kota seperti ini, kota yang penuh dengan sentuhan peradaban manusia berbudaya; tanpa ada sekelompok manusia yang pernah hidup - bisa jadi sampai sekarang - yang telah membangun, membuat dan menjaga kota menjadi seperti ini. Tidak mungkin hasil ulah manusia ini adalah ulah yang tanpa aturan dan skenario; pastilah perlu sebuah perencanaan matang untuk merealisasikannya. Sangat tidak masuk akal jika gedung, taman, jalan dan infrastruktur lainnya menjadi sangat tertata rapi dan nyaman dipandang mata ini, tegak dengan sendirinya; pastilah ada tangan-tangan handal yang menegakkannya. Tidak mungkin pula para penduduknya menjadi sadar akan disiplin tinggi dan sangat menghargai sesama, kalau ini pun tanpa skenario; pastilah di belakang itu semua ada sebuah aturan, tata kelola dan kepahaman yang telah diterapkan dengan punish dan reward yang tidak salah kaprah serta tepat pandang.

Salah Satu Jalan Utama di Göttingen
 (source: it'sallaboutmindset management)

Jadilah kota ini kota yang hijau, bagi orang yang sangat menghargai keindahan. Jadilah kota ini kota yang bersahabat, bagi orang yang menyukai kedamaian. Jadilah kota ini kota yang beraroma bau tanah lembut, bagi orang yang menghargai kesehatan. Jadilah kota ini kota yang selalu berjabat tangan erat, dengan orang yang selalu mau menjadikan kotanya menjadi tempat yang nyaman dan asri. Jadilah kota ini kota yang tersenyum lebar, kepada orang-orang yang memang selalu mau mensodaqohkan senyumnya bagi sesama. Jadilah kota ini kota yang selalu memberikan kesegaran udaranya, bagi orang-orang yang memang sadar akan bahayanya polusi udara. Jadilah kota ini kota yang membuat binatang-binatangnya dan burung-burungnya dekat sekali dengan penghuni kotanya, menghampiri para penduduknya; yaitu penduduk yang - sadar atau tanpa sadar - tidak pernah mengusik binatang-binatang dan burung-burung tersebut dengan ulah-ulah dungu tak berilmu. Jadilah kota ini kota yang selalu menjadi inspirasi jernih, bagi para pemimpinnya yang selalu ikhlas dan mau mendedikasikan segala daya dan upayanya bagi kebanyakan orang. Jadilah kota Göttingen ini menjadi kota yang seperti ini, yang hadir bagi orang-orang - baik penduduk asli maupun pendatang - yang memang sadar bahwa kota harus diurus dengan seksama, diatur dengan penuh tanggung jawab, dijaga dengan sangat arif dan ditata kelola dengan sangat bijak, jujur dan penuh perhitungan, berdasarkan ilmu yang terealisasikan dengan sangat benar.

Inilah Göttingen, sebuah kota yang terceritakan dari sudut pandangku...

Alhamdulillah...

Jumat, 14 September 2012

Menuju Dream Land

@Göttingen, Germany

Bismillah...
Frankfurt - Memulai Perjalanan
Kalau ingin jujur, bukan ini keinginanku; kalau boleh berterus terang, aku tidak berharap apa-apa atas perjalanan hidup  dan berkehidupanku di atas permukaan bumi ini; kalau mau mengakui, bukan ini cita-cita luhurku; sebuah kesempatan menjadi orang yang mampu memberikan sedikit kebaikan dan sekecil pemberian kepada orang lain saja, adalah sebuah anugrah yang teramat besar yang telah aku terima dari ALLAH, Zat Maha Besar, yang kadang mungkin aku lupa untuk memaksimalkan rasa syukurku. Namun, bagaimana pun perjalanan kehidupan ini harus terus berjalan dan bergerak. Berjalan dan bergerak ke arah yang sama sekali tidak mampu kita prediksi. Berjalan dan bergerak ke arah yang tentunya terbaik buat kita. Semua rencana pun akan buyar tanpa arti, ketika ALLAH berkehendak lain. Perjalanan kehidupan ini dapat diibaratkan seperti berputarnya roda kayu pada pedati, berotasinya bumi fana ini pada porosnya, atau berputarnya jutaan manusia pilihan ALLAH yang berta'waf pada pusat keagungan ka'bah.

Frankfurt - Menghalau Suhu Dingin
Aku hanya berusaha untuk memaksimalkan semua usaha atas perjalanan dan peran yang telah ALLAH pilihkan. Aku hanya ingin menunjukkan kepada yang Mpunya jagat, bahwa usaha optimalku adalah bentuk implementasi syukurku atas keindahan, barokah dan rahmat yang tiap mili detiknya tidak pernah lepas dariku. Akhirnya, ALLAH menghadirkan perjalanan kehidupanku yang berbeda; ALLAH memberikan perjalanan kehidupanku pada sebuah keharusan memilih yang teramat berat; bukan pemilihan antara suka dan tidak suka, namun pemilihan antara harus atau musti. Sekembalinya aku dari timbaan ilmu lima tahunku - yang tidak gampang - ke area ibadah yang telah aku rencanakan dengan berbagai rencana besarku, harus aku ubah haluannya. Ketika itu terjadi, aku hanya  harus memilih atas sebuah ke'harus'an dengan ke'musti'an. Walau akhirnya aku pun - harus - terima sebagai sebuah konsekuensi perjuangan atas apa yang aku genggam sebagai sebuah kebenaran selama ini - dan bismillah akan terus aku pegang selama ALLAH berkehendak.

Goettingen - Bergaya di depan
Kampus
Selepas penerbanganku yang memakan waktu 16 jam, yang membawa aku menjauh ribuan kilometer dari kampung halamanku; akhirnya aku didamparkan - diterbangkan tepatnya - oleh ALLAH ke sebuah kota; sebuah kota yang sangat sejuk dan asri, tanpa polusi udara dan gaduh kebisingan jalan; sebuah kota yang sangat teratur, baik tata letak atau kedisiplinan tingkat tinggi para penduduknya; sebuah kota yang penuh dengan rerimbunan pohon berwarna hijau; sebuah kota yang sangat tepat disebut sebagai kota pelajar, karena lingkungan dan dukungan infrastruktur memungkinkan kita untuk berlama-lama menikmati bacaan walau ada di tengah-tengan kota atau di sela-sela taman kota; sebuah kota yang orangnya lebih suka bersepeda sebagai alat moda transportasi utama mereka, baik ke kampus, ke pusat pertokoan, atau hanya sekedar melepaskan lelah dari aktivitas seharian; sebuah kota yang jauh dari hingar bingar dan dentum suara-suara huru dan hara yang sangat tidak bermanfaat; Sebuah kota yang dipimpin oleh orang yang benar-benar paham bagaimana cara mengelola kota; sebuah kota yang mengharuskan aku memulai kembali beradaptasi untuk dapat mengarungi hidup dan berkehidupanku, mencari makanan halal, mencari tempat solat atau mencari komunitas muslim; sebuah kota yang benama 'the city of education' Göttingen.

Sekali lagi, aku hanya bersyukur, karena ALLAH tahu apa yang terbaik untukku - dan pasti ini adalah hal terbaik buatku. Aku hanya ingin berusaha memaksimalkan peran, waktu dan kesempatan yang telah ALLAH pilihkan untukku. Semoga, aku bisa berkontribusi besar untuk agama dan negeriku, untuk Islam dan Indonesiaku; walau aku jauh dari siapa dan apa pun, bahkan terjauhkan dari mimpi besarku.

Alhamdulillah...