Selasa, 25 Desember 2012

Au Revoir Paris...

@Paris, France

Bismillah...
Bonjour... Comment allez-vous?... Merci beaucoup... Ca va?... Je t'aime... Aku mencoba mengingat kembali beberapa kata ekspresi komunikasi di dalam bahasa Perancis yang pernah aku pelajari; karena di akhir minggu ini, di awal winter holiday, aku ingin mencoba menyisir belahan kota yang lain di dunia milik ALLAH, Paris - France. Sisiranku menuju kota romansa itu, berhasil aku lalui selama 5 jam perjalanan dengan menggunakan ICE. ICE telah membawaku ratusan kilo meter menjauh dari kota Göttingen menuju Paris (kurang lebih 750 km). Lelah dan cape tidak terasa sama sekali, penat apalagi sakit kepala tentu tidak aku alami, karena rasa syukur kepada ALLAH telah mampu memenuhi rongga dada ini, karena aku akan dibawaNYA menuju sebuah kota yang - kata orang - merupakan sebuah kota yang eksotis, romantis dan penuh makna kandungan seni. Tidak terlelap sekejap mata pun selama perjalananku di kereta ICE, itu yang aku alami pada akhirnya. Walau - hanya - 3 hari 2 malam saja di Paris, sudah cukup membuat aku untuk terus memperlama sujud syukurku, memperbaiki tadaburku, mendalami arti fungsi diriku, menapaki pencarian ilmuku; untuk aku genggam, untuk aku yakini, untuk aku bagikan, dan - tentunya - untuk aku manfaatkan seluas-luasnya pada jalan lurusNYA.
Di Salah Satu Pojok Musee Du Louvre
Di Salah Satu Pusat Perbelanjaan @Printemps
Paris (Latin: Lutetia Parisiorum) menjadi sebuah kota yang banyak dibicarakan para pelancong di seluruh dunia, karena keromantisan dan keeksotisan kotanya; Paris menjadi kota tujuan pariwisata, karena terbukti bahwa ada lebih dari 30 juta pengunjung asing setiap tahunnya menyambangi kota Monalisa ini; Paris menjadi tempat yang tepat untuk membidik beberapa gambar dengan menggunakan DSLRku pada akhirnya, karena Paris adalah seni selain cita rasa seni itu sendiri... Menara Eiffel, sebuah menara yang tersusun lebih dari 18 ribu rangkaian besi besar dan kecil dan memiliki tinggi  312 meter ini, sebuah menara 'yang berdiri sombong' yang membuat kota Paris nampak megah dan memiliki wibawa namun tetap bercitarasa seni yang tinggi; Arch de Triomphe, sebuah bangunan berupa gapura besar dan kokoh yang menjadi simbol kemenangan Perancis; Musee Du Louvre, sebuah museum dimana la joconde (lukisan Monalisa) dipamerkan; Palais Garnier atau Gedung Opera, sebuah gedung yang sangat klasik dan megah tempat pertunjukkan seni dan opera; serta telusur sungai Seine (Latin: Sequanus), sebuah sungai cantik dan berair tenang yang membelah kota Paris; adalah merupakan beberapa tempat pariwisata di kota Paris yang berhasil aku jelajahi pada akhirnya. Keindahan dan keharuman rasa seni sangat terasa, selama aku menyusuri kota ini. Bangunan dengan tinggi hampir sama, bergaya seni klasik, menjadi pemandangan yang sangat menakjubkanku.
Palais Garnier
Membidik dan Membidik...
Satu hal lagi, yang tidak pernah aku lupakan di setiap kunjunganku di salah satu kota di belahan dunia; yaitu makanan halal. Restoran halal di Paris 'cukup banyak' (sebuah istilah yang aku gunakan untuk menggambarkan makna 'lebih dari jarang') dengan nuansa dan cita rasa Turki atau India. Beberapa kali - selama aku di Paris - aku mencoba untuk menikmatinya, dengan variasi menu alakadar dan apa adanya. Aku - sekali-kali - tidak pernah berharap lidahku akan merasakan rasa dan cita selera masakan / makanan Indonesia di setiap suap santap makanku; karena itu semua - hanyalah - akan membuatku tidak mampu menikmati makanan yang tersaji. Makan, nikmati dan syukuri saja, karena aku - tetap - masih beruntung, masih dapat menyantap makanan yang halal dan toyib, di hingar dan bingar gemerlap kota yang bernama Paris ini.
Membidik dan Dibidik
Santai di Salah Satu Stasiun Metro
Paris Dibidik dari Atas Printemps
Paris Dibidik dari Lantai Dua Menara Eiffel
Setelah 3 hari 2 malam aku menapakkan kakiku di Paris ini, ada keenggananku untuk kembali ke Göttingen; ingin rasanya aku berlama-lama di kota ini untuk menghabiskan waktu winter holidayku. Namun, apa pun itu, seperti apa pun keinginan itu, aku harus - tetap - kembali ke Göttingen; untuk merangkai cerita hidup dan berkehidupanku yang lain; untuk tetap belajar dan mencari untuk menjadi terbaik dan bermanfaat bagi sesama dan dunia. Aku hanya ingin melakukan semua hal dengan terbaik dan seoptimal mungkin yang harus aku kerjakan, sebagai bukti rasa syukurku atasNYA; tanpa menginginkan apa-apa, tanpa berharap apa-apa; biarkan saja keingan dan harapanku, aku serahkan kepada ALLAH Azza wa Jalla... Biarkan keinginan dan harapanku mengalir, seperti mengalirnya air jernih pada sungai Seine... Au revoir Paris!...

Alhamdulillah...

2 komentar: