Selasa, 04 Juni 2013

Roma, Itulah Namanya...

Author: Ditdit Nugeraha Utama
@Roma, Italy

Bismillah...
Roma. Itulah namanya. Sebuah kota yang aku singgahi pada kesempatan kali ini. Sebuah kota klasik yang dipenuhi ribuan bangunan berusia ratusan bahkan ribuan tahun, yang masih sangat tertata dan terawat dengan sangat baiknya; sebuah gundukan puing-puing dari serpihan sisa bangunan saja, akan menjadi pusat turis di kota ini. Sebuah kota yang terdengar sedikit garang, karena beberapa ceritanya yang aku dengar dimana tingkat kejahatan kota ini cukup tinggi. Usaha lebih yang penuh dengan kehati-hatian, menjadi harus ku lakukan salama aku menjelajahi kota ini pada akhirnya.

Mejeng di Colosseum

Roma. Itulah namanya. Sebuah kota yang berjarak lebih dari 1.400 km ke arah selatan bumi dari kota Göttingen; dan menjadikan aku harus terbang untuk mencapainya. Sebuah kota yang dipenuhi oleh tempat wisata, seperti: Colosseum (tempat pertarungan para gladiator), Trevi Fountain (air mancur Trevi), Vatican Church, Pantheon, Spanish Steps (German: Espagna Treppe), Moschea di Roma (Masjid Roma) dan masih banyak lainnya. Empat hari tiga malam aku hadir disini, sepertinya tidak cukup waktu untuk menyisir setiap sudut kota ini. Namun, dari sekian banyak tempat wisata yang berhasil aku kunjungi; Moschea di Roma (Masjid Roma) memberi keteduhan tersendiri buatku. Walau harus sedikit menuju ke luar kota Roma untuk mencapainya, Masjid ini memberi sebuah sinar harapan kebangkitan atas sebuah peradaban besar yang pernah berdiri tegak di daratan Eropa ini.

Berbaur dengan Ribuan Orang di Vatican

Roma. Itulah namanya. Aku menyukai kota ini. Satu hal yang membuat aku menyukai kota ini, karena aku dapat dengan mudah menemukan makanan halal; sebuah kondisi yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Hampir lebih dari enam resto halal langsung menyambutku, sesaat aku menapakkan kaki di Roma Termini; sebuah stasiun utama kota Roma, setelah 30 menit aku berlari menggunakan kereta dari Bandar Udara Internasional Leonardo Da Vinci (Italia: Aeroporto Leonardo Da Vinci) Roma. Enam Resto halal yang menyambutku, membuat senyumku mengembang; mengapa tidak, karena tanpa persiapan karbohidrat yang cukup, atau karena cadangan protein yang kurang, akan membuat konsentrasiku buyar selama aku berkeliling kota ini.

Roma. Itulah namanya. Sebuah kota nan eksotis. Namun ada satu hal yang sedikit mengganggu keindahannya; sebuah pemandangan kurang mengasyikkan mata, yang merupakan salah satu imbas penerapan ekonomi kapitalis, sangat kental terasa selama berada di kota ini. Banyaknya peminta-minta di sekitaran pusat kota Roma ini, merupakan salah satu imbas implementasi sistem ekonomi yang mengagungkan keuntungan sebagai pola penghargaan akan tumbuhnya ekonomi sebuah perusahaan atau negara itu. Sangat menyedihkan. Namun juga, aku pun hanya bisa tersenyum; inilah saatnya memberi - ya memberi - makanan halal dan makan bersama mereka menurutku; jadi, itulah yang aku dapat lakukan pada akhirnya.

Ada Keteduhan di Mosche di Roma (Masjid Roma)

Roma. Itulah namanya. Sebuah kota pada pijakan kakiku saat ini. ALLAH telah menerbangkanku ribuan kilo meter ke kota ini; sombong rasanya, jika syukur tidak kupanjatkan tanpa henti kepadaNYA. Sekali dan sekali lagi, terima kasih ya ALLAH, atas semua ini; terima kasih atas karunia indahMU ini; terima kasih...

Alhamdulillah...

4 komentar:

  1. wah, perasaan kemarin pas dateng ke artikel ini, fotonya masih asli. Sekarang sudah di edit jadi lebih artistik lagi ya. Hehehe

    ke Venezia juga ga Pak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe...
      Saya tidak sempat ke Venezia dan ke tower of Pisa; perhaps next time I will go there... Kemarin cuma menikmati Roma saja...

      Hapus
  2. Mosche di Roma, hmm... someday, amin

    BalasHapus