Kamis, 05 Desember 2013

Loh, Katanya Phobia...

@Göttingen, Germany

Bismillah...
Islamphobia terus dihembuskan oleh kaum yang tidak menginginkan Islam ada sebagai sebuah ideologi; baik ideologi individu, komunitas, apalagi bangsa atau negara. Kaum ini terus menyulutkan kebencian terhadap Islam dengan propaganda negatif akan Islam. Eropa, termasuk kawasan yang sangat terasa kental sekali kephobiaannya terhadap Islam.

Aku tidak akan sebutkan secara eksplisit mengenai berbagai jenis reaksi nyata sikap kephobiaan tersebut. Biarkan saja. Aku hanya ingin menunjukkan sesuatu dari sisi lain, mengenai apa yang aku alami saja. Di Jerman, beberapa minggu ke depan ini akan – kembali – memasuki musim dingin. Musim dimana suhu udara bisa mencapai lima, sepuluh bahkan lima belas derajat celcius di bawah nol. Sangat dingin menusuk ari. Selain pula berasa malam terus-menerus, itu yang aku rasakan. Waktu gelap matahari – memang – lebih panjang. Bagi yang suka solat qiyamulail, kita – kadang masih – bisa melakukannya pada pukul 06.00, karena – bisa saja – waktu subuh akan masuk di pukul 06.30; itu pun – padahal – setelah waktu Jerman (secara keseluruhan disebut Western European Time Zone) kembali bergeser / berkurang 1 jam dari biasanya (di waktu winter perbedaan waktu Indonesia dengan Jerman menjadi 6 jam, tadinya 5 jam), karena berakhirnya waktu summer (atau istilahnya the end of daylight saving time). Sedangkan waktu maghrib datang lebih cepat, di pukul 16.20 bisa jadi waktu solat maghrib telah tiba.

Efek lain tentunya adalah cara berpakaian. Cara berpakaian ini, untuk kaum yang Islamphobia – pun – digadang-gadang – sehingga harus – menjadi masalah. Maklumlah, mereka ter-setting kepala dan jiwanya, agar membenci Islam dari berbagai aspek; agar Islam sebagai sebuah ideologi benar-benar harus tercabut sampai ke akar rumputnya. Lalu, bagaimana dengan Eropa pada musim dingin ini? Konon hijab – makanya dilarang karena – dianggap sebagai budaya Islam, maka harus tercabutkan. Kok, mereka sekarang berhijab ya? Bahkan telapak tangan pun, salah satu bagian yang boleh nampak pada seorang perempuan, tertutup dengan sangat rapatnya. Jangankan tatapan mata, atau ciuman hidung; kalau bisa udara pun tidak boleh menyentuh pori-pori badannya. Hanya muka saja yang masih nampak. Mereka – tidak hanya perempuan – benar-benar berpakaian syar’i pada winter ini.

Alasan logis? Bahkan hijab – dalam Islam – sebagai penutup aurat perempuan jauh lebih beralasan logis. Islam sangat mengagungkan kaum perempuan, karena perempuan adalah sekolah pertama bagi bangsa dan umat. Ibulah (perempuan) yang disebutkan pertama sampai tiga kali oleh Rasul untuk kita berbakti, sebelum rasul menyebut Bapak (laki-laki). Islam sangat menjaga kaum perempuan, dengan caranya yang sangat sempurna. Islam menjaga perempuan dari berbagai aspek, baik lahir maupun bathin. Bahkan sampai level terdetail sekali pun, yaitu menutup auratnya; dalam rangka menjaga setiap bagian jengkal fisik perempuan tersebut. Untuk hal ini, aku pernah mendengar sebuah percakapan – yang cukup menginspirasiku – pada sebuah film karya Dedi Mizwar, ketika seorang buta berbincang dengan seorang perempuan. Si Buta bertanya kepada perempuan tersebut, ‘Mba kok tidak menggunakan jilbab?’. Si Mba – yang memang tidak berjilbab – tersebut bertanya dalam heran, ‘Loh, dari  mana Bapak tahu bahwa saya tidak berjilbab? Sedang Bapak – maaf – tidak bisa melihat’. Lalu si Buta itu menjawab sambil berlalu, ‘Wangi rambutnya tercium Mba..’.

Itulah Islam. Sempurna, komprehensif dan sangat holistik. Hanya akal kita – kadang – tidak kita gunakan secara optimal untuk menalar, yang memungkinkan – naudzubillah min dzaik – akan terus menggerus kadar keimanannya. Padahal, akallah yang memungkinkan manusia berbeda dengan makhluk ALLAH lainnya. Padahal, akallah yang akan mengangkat kedudukan manusia-manusia beriman beberapa harkat.

Itulah Islam. Bahkan hijab telah ada dalam rencana terstruktur dan indah dari ALLAH. Walaupun alasannya karena musim dingin, tidak mengapa. Karena manusia butuh alasan logis untuk mengambil sebuah keputusan penting. Jadi biarkanlah musim winter ini menjadi alasan logis para penduduk Eropa untuk berhijab, walau dengan cara mereka sendiri. Loh, katanya phobia...


Alhamdulillah...

2 komentar:

  1. The world and all things in it are valuable; but the most valuable thing in the world is a virtuous woman.

    BalasHapus
    Balasan
    1. And surely, the best person is someone who always gives others much and much good things...

      Hapus