Kamis, 05 Desember 2013

Bus yang Sopan dan Teratur

@Göttingen, Germany
Related article (klik disini)

Bismillah...
Suasana di Dalam Bus
Orang-orangnya begitu terkontaminasinya dengan minuman keras; karena – mungkin – bir telah menjadi minuman pokok kedua setelah wine; karena – pula – hampir setiap minggunya ada pesta bir di berbagai tempat yang dilegalkan oleh pemerintah setempat. Kebanyakan dari mereka pun telah meninggalkan kehidupan beragamanya, dan beralih menjadi tidak bertuhan, atau dalam bahasa kerenya atheis. Bahkan, sebagian dari mereka memiliki pola pikir tajam dan sangat terstruktur, namun hanya – mentok – sebatas pada kehidupan duniawi saja, tanpa pernah terpikirkan di kepalanya akan skenario akhirat. Namun, disini, di tempat yang masjid pun sulit untuk dijumpai, bus, yang menjadi salah satu moda transportasi dalam kotanya, terlihat sangat sopan dan teramat sangat teratur.

Ya. Sopan dan teratur... Setidaknya, itulah yang ada di relung kepalaku. Kok bisa ya? Padahal, kontaminasi negatif akan kehidupan nan fulgar telah menggerogoti hampir 100% pola kehidupan masyarakatnya. Nalar! Itulah jawabannya. Akal! Itulah jawabannya. Kota ini dibangun di atas pondasi sistem berdasarkan nalar atau akal manusia yang nyata. Aspek-aspek reaksi manusia terhadap manusia lain, lingkungan dan alam; berusaha diimplementasikan – seoptimal mungkin – dengan sangat logis dan masuk akalnya.

Anak-anak Kecil Belajar Baris Masuk ke Bus
Bus yang sopan dan teratur, inilah contoh yang ingin aku gorestintakan pada tulisan blog-ku kali ini. Bus-bus itu akan berhenti, di setiap lampu merah; menyerobot lampu merah adalah sebuah pelanggaran yang sangat luar biasa berat dan memalukan. Bus-bus itu akan menunggu, yaa menunggu; di saat ada penyebrang jalan yang sedang atau akan menyebrang melalui zebra cross di hadapannya; bukan sebaliknya, dimana penyebrang jalan yang harus tengok kanan dan kiri untuk menyebrang jalan; bahkan anak-anak kecil bisa dengan santainya menyebrang jalan dan lepas dari pengawasan orang tuanya, dan dengan penuh hormat bus-bus itu akan menunggu. Bus-bus itu akan mengikuti kayuhan pengendara sepeda di belakangnya, sampai bus tersebut berhenti di halte yang telah ditentukan; tidak lantas menyerobot sepeda tersebut dan menikungnya karena dia harus berhenti di halte. Bus-bus itu akan selalu on time datang dan pergi, sesuai dengan jadwal yang ditentukan, dan sampai ke halte berikutnya dengan sangat presisi waktu. Bus-bus itu memiliki fasilitas khusus untuk para manula dan orang-orang disabilitas; bahkan bus tersebut mampu menunduk (miring) dan mempersilahkan para manula dan orang-orang disabilitas untuk naik dan turun bus tersebut tanpa mengalami kesulitan; termasuk fasilitas tempat duduk bagi para manula dan orang-orang disabilitas tersebut, yang disesuaikan desainnya. Bahkan fasilitas khusus bagi pembawa dorongan bayi dan sepeda di dalam bus pun tersedia lengkap. Bus-bus itu dapat mengatur suhu ruangannya tetap stabil, tidak terpengaruh – sedikit pun – akan suhu musim summer atau winter. Satu hal yang pasti, bus-bus itu teradakan dikarenakan sebuah optimalitas nalar dan akal manusia yang kemudian diimplementasikan di atas sebuah sistem sebagai penjaga kekonsistensian dan keteraturannya.

Logis saja dulu, semua akan terasa nyaman. Logis saja dulu, semua akan terasa elegan. Logis saja dulu, semua akan terasa seimbang dan penuh ketaraturan pada akhirnya. Apalagi, setelah itu semuanya tersandarkan pada kelogisan yang islamis, ya sebuah kondisi logis islamis; dimana islam – diakuisisi – sebagai benteng controlling atas kebenaran pada kelogisan nalar dan akal yang diimplementasikan tersebut; sehingga, kelogisan nalar dan akal tersebut akan bermakna ganda di mata ALLAH pada akhirnya...


Alhamdulillah...

1 komentar: