Minggu, 10 Maret 2013

Indonesia, Aku Telah Kembali, Walau Hanya Sesaat...

Author: Ditdit Nugeraha Utama
@Jakarta, Indonesia

Bismillah...
Hampir setengah putaran revolusi bumi, akhirnya aku kembali lagi ke Indonesia; negeri dimana hamparan mimpi sempat ku sibakkan, negeri dimana tingginya angan pernah ku tegakkan, negeri yang kadang membuat air mataku menetes lemah karena telah keropos oleh ulah sebagian orang bodoh  pemiliki hati musang. Ku putar kembali video mimpi dan angan itu di kepala kosongku ini, namun kabut asap knalpot Jakarta, macet dan pengapnya Ibu kota, hiruk pikuk manusia-manusia yang berjalan hilir mudik; membuat video mimpi dan angan itu menjadi buram dan benar-benar kosong adanya; hanya senyum hangat mentari yang mampu mendekap dan merangkulku, membuat aku tetap mampu menggerakkan kaki lemahku ini; hanya tawa canda keluarga, dan anak-anak didikku yang mampu mengusap air mata pada hati yang kelabu ini...

Indonesia adalah tanah kelahiranku; aku berpijak dan dibesarkan di atas tanah pertiwi ini. Indonesia adalah selera asalku; aku hidup dan berkembang dari selera saripati bumi ini. Indonesia adalah alam mimpi besarku; negeri yang membuat aku ingin kembali dan harus kembali, walau telah banyak yang aku dapatkan di negeri orang, walau beribu orang yang membenciku telah berhasil menyapu ku untuk menjauh dari mimpi atas alam zamrud khatulistiwa ini. Indonesia adalah syurga ikhtiar dan sunnah implementasiku; semua yang kudapat, pasti akan ku bawa pulang untuk aku ikhtiar dan implementasikan disini.

Pembenahan untuk mengembalikan kejayaan Indonesia, bukanlah perkara mudah; namun bukan pula sesuatu yang tidak mungkin dan tidak terbayang sama sekali. Hanya saja, kesadaran bahwa kita terintervensi oleh keadaan dan oleh orang-orang yang memiliki kepentingan individu dan golongan; tidaklah kunjung muncul ke permukaan nalar akal bangsa ini. Mengembalikan tata pikir, kembali menjadi pola pikir yang saharusnya dimiliki bangsa ini; menjadi terasa amat sangat berat. Keegoan dan anggapan benar yang keluar dari statemen pribadi; membuat kondisi menjadi tambah kacau pada akhirnya. Kebenaran sepertinya milik pribadi, semua orang berhak memiliki pendapat atas kebenaran tersebut; padahal tidak sama sekali. Kebanaran haruslah sombong; walau seluruh jagat raya ini meng-claim bahwa kebenaran itu salah, kebenaran tetaplah akan menjadi sebuah kebenaran. Kebenaran haruslah angkuh; karena jika kebenaran bisa dimodifikasi atau ditawar dan dipilah pilih sesuai dengan keinginan dan hasrat diri, tidak akan pernah ada lagi kebenaran; yang ada hanyalah kesalahan yang merajai dan menggenggam kehidupan umat manusia.

Indonesia Kaya Tanpa Impor Sapi

Terbayang sebuah misi berat, atas capaian visi besar; itu yang ada di benak dalamku, sesaat aku kembali ke Indonesia. Terbayang sebuah pengorbanan yang sangat besar yang harus aku lakukan, tanpa memperhatikan kepentingan pribadiku sama sekali, itu yang muncul di alam pikirku; sesaat aku menginjakkan telapak kakiku di tanah Jakarta ini. Indonesia harus kembali pada alamiahnya. Indonesia harus dihuni dan dikelilingi orang-orang yang memang mau berkorban; bukan untuk dirinya, bukan untuk keiinginannya, bukan pula untuk ego pada pribadinya; namun orang-orang yang memang mau berkorban untuk sebanyak-banyaknya umat manusia, dengan landasan ibadah ikhlas padaNYA...

Indonesia, aku telah kembali, namun hanya sesaat; karena aku harus kembali berpijak pada nalar dan kehidupan nyata ini...

Alhamdulillah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar