Author: Ditdit Nugeraha Utama
@Prague, Czech Republic
Bismillah…
“Pada suatu
ketika, seekor anjing mengelilingi sebuah sumur. hampir-hampir anjing itu mati
kehausan. Tiba-tiba seorang wanita pelacur bangsa bani Israil melihatnya. Maka
dilepaslah sepatunya, kemudian diambilkannya air dengan sepatunya, lalu anjing
yang hampir mati itu diberinya minum. Maka ALLAH SWT mengampuninya dengan sebab
itu” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
Selepas aku
dari pusat kota, hanya untuk sekedar melepas penat dan makan malam; seperti biasa aku
harus kembali ke domitori kampusku dengan menggunakan metro (kereta bawah
tanah) dan dilanjutkan dengan menggunakan bis. Metro yang harus aku naiki,
harus melintasi setidaknya lima stasiun (dari stasiun Muzeum menuju Dajvická);
beberapa jenis stasiun metro yang selalu aku lewati selama aku berada di kota
Praha ini. Tidak ada
yang aneh sebenarnya, pun tidak ada yang spesial yang bisa aku lihat; umumnya
bernuansa dan bercita rasa biasa saja. Hanya saja, selama aku berdiri di atas
metro ini, karena sesaknya penumpang yang baru pulang bekerja dan kuliah; aku
memperhatikan seorang tua dengan seekor anjing yang dia gendong di pangkuannya.
Anjing itu terdiam di pangkuan orang tua tersebut pada sebuah tempat – seperti
tas – terbuat dari kain, dan sesekali si orang tua tersebut mengelus-elus anjing tersebut dengan penuh
kasih sayang. Anjing ini hanya berusaha untuk menjulur-julurkan lidahnya sambil
menengok kiri dan kanan.
Perhatianku
tertuju pada pemandangan itu – cukup – lama sekali. Satu hal sedang aku
bayangkan; tentu, bukan anjingnya yang aku jadikan tema besar di ceritaku kali
ini; namun, sebuah ketulusan seorang tua, yang mau dan mampu merawat seekor ‘anjing
buta’. Ya, seekor anjing buta. Entah alasan apa
yang ada di hatinya, sehingga dia mau merawat anjing tersebut; bahkan untuk
berjalan saja, dia sedikit bersusah payah karena ujurnya. Karena alasan lucunya?
Aku – sama sekali – tidak melihat sedikit pun kelucuan dari anjing yang seperti
panik, menjulurkan lidahnya tanpa henti dan selalu menengok kanan dan kiri
tersebut; dengan mata yang semuanya tampak putih dan menyeramkan, seperti penampakkan monster di film-film fiksi penuh
kebohongan itu. Atau untuk menjaga dirinya? Sepertinya agak tidak masuk akal
dan berlebihan, seekor anjing buta mampu menjaga diri si pemiliknya; yang ada,
pemiliknya hanyalah disibukkan dengan merawat si anjing itu.
Sekali lagi, bukan anjingnya yang
menjadi perhatian lamaku, sehingga aku lupa bahwa stasiun Dajvická yang menjadi
final destination station ku telah berhasil metro – yang aku naiki – ini gapai;
karena anjing menurutku tetap saja merupakan binatang yang mengeluarkan zat air
liur yang bernajis. Namun, apa yang terjadi dengan anjing itu? Jika saja dia
ada di luaran sana tanpa dilindungi dan dirawat oleh sang pemilik berhati mulia
tersebut. Mungkin anjing itu sudah tidak mampu untuk bertahan hidup.
Sebuah kisah kecil nan sederhana,
yang ALLAH perlihatkan untukku. Sebuah kisah kecil namun mampu menarik
perhatianku selama aku berada di atas metro. Seorang tua dengan kelembutan hati
islami. Sebuah pertunjukkan film berdurasi pendek pada kehidupan nyata ini,
yang mampu aku nikmati disini. Di sebuah kota dan negara, yang terasa cukup
keras; di sebuah kota dan negara yang pengemudi bisnya lebih kasar di dalam
mengendarai bisnya jika dibandingkan pengemudi bis di negara-negara asia timur
sana; di sebuah kota dan negara yang konon para penduduknya merupakan pengkonsumsi
alkohol terbanyak di dunia.
Adab berkehidupan yang mampu
mempertegas untuk berlaku baik dan kasih serta sayang pada semua. Terlebih kepada
manusia lain, dengan makhluk lain dan alam ini saja islam mengajarkan untuk
menjadi rahmat, bukan perusak dan penjilat. Ya ALLAH, beri kesempatan kami
untuk menjadi terbaik bagi sebanyak-banyaknya manusia lain dan alam ini…
Alhamdulillah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar