Ditdit Nugeraha Utama
@Göttingen, Germany
Bismillah...
Hari ini aku jalan untuk
melepas penatku ke centrum. Ada sebuah scene
menarik yang aku temui. Aku coba share
di tulisanku kali ini. Singkat cerita seperti ini. Aku sedang menunggu bus
bernomor 41 atau 42 yang langsung menuju apartemenku dari centrum ini. Display layar jadwal bus di halte, bus
nomor 42 tertulis berdampingan dengan angka 7. Artinya, bus nomor 42 yang aku
tunggu akan datang sekitar 7 menit lagi. Biasanya bus-bus disini datang sangat
tepat waktu, kalau pun ada keterlambatan, mungkin hanya 1-2 menit; itu pun –
kadang – dikarenakan bus tersebut tidak menyalip sepeda yang sedang orang kayuh,
dan bus tersebut harus membuntuti sepeda itu di belakangnya, sampai di halte.
Selagi menunggu, aku melihat
ada seorang mahasiswi dengan satu tas di punggungnya dan buku / map di tangan
kirinya. Mahasiswi tersebut nampak membawa makanan sejenis roti isi di tangan kanannya.
Tepat di halte bus, ia memulai untuk memakan roti yang ia bawa itu. Aku
melihat, ia makan dengan cukup kerepotan dan sedikit nampak agak terburu-buru, mungkin
karena bus yang akan ia naiki akan segera datang, sehingga ia harus memakan
roti, yang – mungkin – adalah makan siangnya, dengan sedikit agak tergesa.
Aku tidak sengaja
memperhatikan scene itu. Karena sikap
kerepotannya itu, pastilah membuat orang-orang yang ada di sekitarnya, yang
sebagian sedang menunggu bus, pun – tanpa diperintah – memperhatikannya. Lahap benar
makannya, namun satu dua tiga potongan kecil, bahkan sangat kecil, dari roti
yang ia makan jatuh ke trotoar. Tentu tidak nampak dan tidak terlihat, karena potongan roti yang
terjatuh itu ukurannya pun sangat kecil dan hanya beberapa saja. Lagian,
trotoarnya bukanlah trotoar yang klimis, tidak begitu bersih-bersih amat juga.
Namun, apa yang terjadi. Ia menghabiskan
makan siangnya secepat kilat, dan kemudian ia menggunakan tisu roti tersebut
untuk memunguti sampah. Ya, memunguti sampah yang diakibatkan karena potongan
kecil roti yang ia makan tadi. Subhanallah...
Mungkin untuk sebagian
orang, penggalan adegan ini tidaklah ada nilainya sama sekali; namun bagiku
sangat luar biasa. Si bule ini, untuk kasus ini, ia mampu menempatkan nilai
manusianya dengan sangat tepat. Jangankan membuang sampah, puntung rokok, plastik
permen, atau lainnya, dengan sembarangan; potongan roti kecil yang diakibatkan
ulahnya – yang tanpa sengaja – itu pun ia pungut kembali, dan membuangnya di
tempat sampah yang tersedia. Sebuah penggalan adegan film yang membuat pikirku
menerawang jauh ke bumi Indonesia. Hmmm... Apa kabar Indonesia ya?
Tak lama kemudian, bus yang
ia tunggu pun datang, dan berlalulah ia. Itulah sepenggal cerita yang aku bisa capture siang hari ini, di centrumnya kota
kecil Göttingen ini. Menjadi pelajaran bagi kita semua, itu sudah pasti. Menebar
sekecil apa pun kebajikan, haruslah menjadi sebuah keniscayaan atas hadirnya
kita di muka bumi ini...
Alhamdulillah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar